Sabtu, 20 Agustus 2016

HOTEL ACEH, saksi sejarah yang digusur sejarah


Kapan sebenarnya Hotel Aceh didirikan, tidak begitu jelas tertulis. Namun yang jelas hotel tersebut sudah ada sejak zaman Belanda berada di Banda Aceh (foto kiri Repro). Sukarno pun pernah menginap di hotel ini pada sekitar 15 - 16 Juni 1948. Sampai tahun 2000, bangunan hotel masih berdiri namun tampak usang, tua dan ringkih dengan hanya ada satu bangunan utama yang tertinggal. Hingga akhirnya sekitar tahun 2001 sisa bangunan tersebut terbakar habis. Sisanya yang tertinggal, hanya pertapakan tangga masuk. Lokasi dimana (bekas) hotel Aceh berdiri sejak dulu sebenarnya merupakan wilayah pusat kota. Disekitarnya berdiri Mesjid Raya Baiturrahman, Taman Sari, Stasiun Kereta Api, Lapangan Blang Padang, dan yang terpenting Pendopo (sekarang Meuligo) Gubernur Aceh. Oleh karenanya, pemilik (bekas) hotel Aceh berencana membangun kembali kejayaan Hotel Aceh. Namun sampai hari ini, tanpa alasan yang jelas, yang berdiri hanya tiang-tiang pancang. Namun uniknya, tiang-tiang pancang yang oleh Pemko Banda Aceh di cat warna warni, sering dijadikan lokasi kegiatan oleh berbagai pihak. Seperti pembacaan puisi oleh seniman Aceh, deklarasi pasangan calon gubernur dan sebagainya. Ketika masih kokoh berdiri, Hotel Aceh menjadi saksi begitu banyak sejarah Aceh sejak zaman Belanda sampai masa kemerdekaan. Salah satunya kehadiran Presiden Sukarno dan Muhammad Natsir yang kemudian berhasil menggalang dana pembelian Pesawat RI 001, cikal bakal Garuda Indonesia. Pada masa sekarangpun, lokasi Hotel Aceh masih juga menjadi saksi sejarah beberapa potongan sejarah Aceh.